SURABAYA – Dibalik sejuta manfaatnya, penggunaan media sosial tanpa kebijaksanaan penggunanya akan membawa dampak buruk. Soroti hal ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) beberkan materi bijak dalam bermedia sosial melalui Pelatihan Spiritual dan Kebangsaan (PSB), Kamis (4/8/2022).
Dihelat di Graha Sepuluh Nopember ITS, PSB menghadirkan Founder Fiqih Perempuan Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara Dhomirotul Firdaus MPd sebagai pemateri. Dhomirotul menjelaskan, untuk dapat dikatakan pantas menggunakan ponsel pintar, seseorang harus mempunyai literasi informasi dan digital yang mumpuni. “Karena kadang pengguna ponsel pintar tidak sepintar ponsel yang dimilikinya, ” paparnya.
Perempuan kelahiran 1985 tersebut melanjutkan, memiliki literasi informasi mumpuni berarti seseorang tersebut mampu berinteraksi dengan tepat pada informasi yang diterimanya. Ketika merumuskan kebutuhan dan memperoleh akses ke informasi yang dibutuhkan, seseorang dengan kemampuan ini akan mengevaluasi penggunaan informasi serta mendistribusikannya sesuai dengan ketentuan etika dan hukum.
Sedangkan literasi digital sendiri adalah sikap dan kemampuan seseorang dalam menggunakan teknologi dan informasi pada perangkat digital. Literasi digital juga meliputi sikap memilah dan memilih secara kritis arus informasi digital yang diterima. “Prinsipnya adalah menyaring sebelum membagikan informasi yang diterima, ” tandas Dhomirotul.
Jika tidak menguasai kemampuan tersebut, maka manusia rentan terpapar dampak negatif media sosial. Seseorang dapat menyebarkan ujaran kebencian, membagikan berita hoaks, mengalami penurunan moral lantaran akses dalam konten pornografi maupun kekerasan, hingga kebiasaan memperhatikan ponsel secara berlebih sehingga terciptanya gangguan kepribadian anti sosial.
Para mahasiswa baru ITS sedang menyimak pemaparan materi dari Dhomirotul Firdaus MPd di Graha Sepuluh Nopember ITS
Menyikapi dampak tersebut, Dhomirotul lantas menyampaikan beberapa etika yang dapat diterapkan dalam menggunakan media sosial. Yang pertama ialah muroqobah, dimana seseorang harus selalu merasa diawasi oleh Allah Swt. “Apapun yang kita posting termasuk niat dibalik postingan tersebut, sadarilah bahwa semua itu diketahui oleh Allah Swt, ” pesannya.
Berikutnya adalah mengingat Hisab atau perhitungan. Ketika melakukan kebaikan ataupun keburukan seberat biji sawi sekalipun, tetap ingat bahwa selalu terdapat perhitungan atas perbuatan yang telah dilakukan. Pencipta konten dengan ratusan ribu pengikut di medsos ini mengingatkan, bahwa apapun yang diunggah di media sosial akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Etika selanjutnya adalah Istifadah. Yakni menggunakan sarana yang ada untuk diambil manfaatnya. Dan terakhir adalah tidak menggunakan medsos hingga lalai atas kewajiban. Meskipun sibuk berselancar di medsos jangan sampai meninggalkan kewajiban kita seperti sholat, kuliah, sekolah, belajar, dan kewajiban lainnya. “Semoga kalian lebih bijaksana dalam bermedsos, ” pungkas Dhomirotul seraya berharap. (*)
Reporter: Gandhi Kesuma
Redaktur: Raisa Zahra Fadila