KH Ma’ruf Khozin Berikan Ceramah Mengenai Tasawuf dalam Pengajian Rutin Pegawai UNAIR

    KH Ma’ruf Khozin Berikan Ceramah Mengenai Tasawuf dalam Pengajian Rutin Pegawai UNAIR
    Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur KH Ma’ruf Khozin. (Foto: Agus Irwanto)

    SURABAYA – Universitas Airlangga kembali gelar pengajian rutin yang diperuntukkan pada pegawai-pegawai di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR (C), pada Rabu siang (20/7/2022). Pengajian ini diharapkan dapat menjadikan pegawai UNAIR yang beragama Islam untuk dapat menjadi pegawai yang mencerminkan sikap HEBAT di hadapan Allah SWT. HEBAT disini merupakan kependekan dari karakter-karakter yang harus dimiliki oleh masyarakat UNAIR, yakni H adalah akronim Humble-Honestly; E, yaitu Excellent; B, yaitu Brave; A, yakni Agile; dan T, yaitu Transcendents.

    Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur KH Ma’ruf Khozin diundang untuk mengisi ceramah dalam pengajian tersebut. Dalam Asy Syams: 7-10, Ma’ruf menjelaskan bahwa jiwa itu bisa membawa manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Agar hati kita dapat mengarahkan jiwa untuk berbuat kebaikan, maka hendaknya kita mempraktikan ilmu tasawuf atau menyucikan jiwa.

    “Menyucikan jiwa ini berarti kita berusaha untuk menyusun niat berbuat baik untuk Allah SWT. Kita melatih jiwa kita untuk bisa sembuh dari penyakit-penyakit hati. Penyakit hati itu apa? Iri hati bila seseorang mendapatkan limpahan nikmat, tidak bersyukur atas apa yang kita punya, dan merasa bahwa kita yang paling tahu, ” ujar ulama Nahdlatul Ulama itu.

    Ma’ruf menjelaskan bahwa tasawuf ini dapat menjadi obat hati (tombo ati) dari penyakit tersebut., dan ilmu ini dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah jujur, baik kepada diri sendiri maupun orang lain sehingga tutur kata selaras dengan perbuatan. Bagi pegawai UNAIR, menjadi seseorang yang cekatan terhadap tupoksinya juga merupakan bentuk tasawuf.

    “Kalau memang sudah tugasnya, tidak perlu disuruh oleh atasan, langsung dilakukan. Ada kisah sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Anas, dimana ia sama sekali tidak pernah mendapat komplit dari Rasullulah karena ia selalu cekatan dalam tugasnya, ” kisah Ma’ruf pada audiens pengajian.

    Tak hanya itu, Ma’ruf menjelaskan bahwa seorang Muslim harus tawadhu, yang merupakan tengah-tengah dari sikap rendah diri dan sombong. Hal ini berarti bahwa orang Muslim tidak boleh minder atau pemalu akan kemampuannya, tapi juga jangan merasa yang paling baik. Dari kesemua itu, Ma’ruf mengatakan bahwa kebaikan karena tasawuf akan kembali lagi ke kita sendiri, sebagaimana telah dituturkan dalam QS Al Isra: 7.

    Penulis: Pradnya Wicaksana

    Editor: Nuri Hermawan

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Obituari: Pak Mashariono Sang Alumni Teladan

    Artikel Berikutnya

    Sempat Kabur, DPO Asal Kejati Aceh Ditangkap...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Permendikbudristek 44/2024: Dorong Profesionalisme dan Kesejahteraan Dosen
    Konsekuensi Hukum bagi Jurnalis yang Lakukan Framing, Fitnah, dan Informasi Menyesatkan dalam Publikasi Opini
    Akibat Hukum Jurnalis Berpihak: Ketika Etika dan Hukum Dilanggar demi Kepentingan
    Rekognisi Profesor Melalui Kolaborasi Internasional Universitas Mercu Buana - Universiti Tun Hussein Onn Malaysia
    Lembaga Advokasi Konsumen DKI Jakarta Somasi Apartemen Green Cleosa Ciledug

    Ikuti Kami