Gandeng Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BEM KM SIKIA UNAIR Kenalkan Manajemen Ecotourism Banyuwangi

    Gandeng Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BEM KM SIKIA UNAIR Kenalkan Manajemen Ecotourism Banyuwangi
    Pemaparan materi oleh Ainur RofiK SSos MM dalam webinar Airlangga Ethno Ecotourism.

    BANYUWANGI – Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar webinar berskala internasional yang bertajuk Airlangga Ethno Ecotourism (AEE). Webinar yang memiliki tujuan mem-branding Banyuwangi khususnya dibidang pariwisata, kebudayaan, dan ekologi ini turut serta didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. 

    Dalam webinar tersebut juga menghadirkan Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Ainur RofiK SSos MM. Dalam pemaparan materi Ainur menuturkan bahwa Banyuwangi menggunakan kebudayaan Osing sebagai identitas daerah. Hal itu, lanjutnya, dikarenakan kebudayaan Osing yang membedakan Banyuwangi dengan kabupaten-kabupaten lain. 

    “Karena dalam marketing itu ada namanya diferensiasi produk. Ketika kita mau menjual sebuah produk yang kita jual harus berbeda dengan yang dijual orang lain. Karena itulah kami mengangkat Osing sebagai identitas daerah, karena Osing lah yang membedakan Banyuwangi dengan kabupaten-kabupaten lain, ” jelas Ainur dalam webinar Airlangga Ethno Ecotourism, Sabtu (23/7/2022).

    Selanjutnya, Ainur mengungkapkan pengembangan kepariwisataan di Banyuwangi menggunakan konsep ecotourism. Ia menjelaskan konsep ecotourism ini merupakan pengembangan sektor pariwisata yang tidak hanya berkaitan dengan mendatangkan wisatawan untuk meraih nilai ekonomi. Tetapi, lanjutnya, konsep ecotourism termasuk mengkonsolidasikan infrastruktur budaya, lingkungan hidup, serta humanisme dan membentuk perilaku manusia. 

    Ainur juga menyebut bahwa konsep ecotourism sebagai bentuk pengembangan kepariwisataan yang memanfaatkan dan melestarikan lingkungan hidup yang ada di sekitar kita sebagai atraksi wisata. Hal tersebut sebagai bentuk keselarasan antara pengembangan kepariwisataan dengan kelestarian lingkungan hidup. 

    “Meskipun ini sudah sepuluh tahun, yang dulu kita pilih sebagai konsep pengembangan kepariwisataan, ternyata pasca pandemi konsep ecotourism inilah justru yang paling diminati dan paling tepat pasca pandemi, ” tuturnya. 

    Kemudian, Ainur mengungkapkan dalam pengembangan kepariwisataan di Banyuwangi menggunakan strategi kunci Komisi 3A yaitu komitmen CEO, inovasi, aksesibilitas, atraksi, dan amenitas. Ia menyebut kunci utama dalam pengembangan kepariwisataan adalah komitmen dari pimpinan daerah bahwa daerah tersebut berkomitmen untuk memajukan kepariwisataan. 

    “Berbicara pariwisata tidak cukup hanya dilakukan atau dikerjakan oleh satu sektor, satu departemen. Karena pariwisata membutuhkan integritas sinergi dari semua sektor perlu ada komitmen CEO tentang pengembangan kepariwisataan di suatu daerah, ” jelasnya. (*)

    Penulis: Wiji Astutik

    Editor: Binti Q. Masruroh

    banyuwangi
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Pakar UNAIR Paparkan Perlindungan Hukum...

    Artikel Berikutnya

    Sempat Kabur, DPO Asal Kejati Aceh Ditangkap...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Permendikbudristek 44/2024: Dorong Profesionalisme dan Kesejahteraan Dosen
    Konsekuensi Hukum bagi Jurnalis yang Lakukan Framing, Fitnah, dan Informasi Menyesatkan dalam Publikasi Opini
    Akibat Hukum Jurnalis Berpihak: Ketika Etika dan Hukum Dilanggar demi Kepentingan
    Rekognisi Profesor Melalui Kolaborasi Internasional Universitas Mercu Buana - Universiti Tun Hussein Onn Malaysia
    Lembaga Advokasi Konsumen DKI Jakarta Somasi Apartemen Green Cleosa Ciledug

    Ikuti Kami