Satgas PMK Fapet dan FKH UB Siap Turunkan Relawan Mahasiswa Tangani PMK di Malang Raya 

    Satgas PMK Fapet dan FKH UB Siap Turunkan Relawan Mahasiswa Tangani PMK di Malang Raya 

    KOTA MALANG - Penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak sapi di Malang Raya mengalami peningkatan. Hal itu ditunjukkan dengan kenaikan angka kematian pada pedet (anakan sapi), penyusutan bobot badan, hingga penurunan produksi susu yang sangat drastis di sentra-sentra produksi susu di Malang Raya

    Menyikapi kondisi itu Tim Satgas PMK Uiversitas Brawijaya (UB) akan menerjunkan relawan mahasiswa untuk edukasi PMK ke peternak di Malang Raya. Tim satgas merupakan kolaborasi antara Fakultas Peternakan (FAPET) dan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) sebagai Ketua PIC drh. Widi Nugroho, Ph.D dengan anggota Dr. Kuswati, Dr. Tri Eko Susilorini, Dr. Mashudi, drh. Viski Fitri Hendrawan, M. Vet, dan drh. Sruti Listra Andrenalin.

    Tim relawan akan dikirim ke titik-titik lokasi yang terdampak PMK. Dipaparkan drh. Widi Nugroho bahwa tingkat kerugian akibat PMK karena penurunan produksi susu hingga tidak keluar susu, penurunan bobot badan, kematian pedet dapat mencapai 50%, kemajiran, kerugian pemberian pakan  akibat tingginya S/C, mastitis. Total kerugian dapat mencapai 5, 48 juta per ekor induk laktasi. Selanjutnya dikatakan bahwa pencegahan dapat dilakukan dengan mengkunci peternakan, semua orang dilarang masuk kecuali peternak dengan kewajiban mencuci tangan, menggunakan baju kandang, sepatu boot khusus kandang, pakan hijauan dilayukan, air minum direbus/dari sumur yang aman/dari PDAM serta tamu/jagal/teman/tetangga di larang masuk.

    “Saat ini kondisi peternakan kita sedang tidak baik-baik saja, oleh karenanya sebagai akademisi peternakan dan kesehatan hewan kami akan berpartisipasi menanggulangi pencegahan penyebaran PMK melalui edukasi pada peternak, ” ujar Dr. Kuswati.

    Dia menambahkan langkah awal yang dilakukan tim ialah mengumpulkan data dan informasi di daerah terdampak PMK. Kemudian membuka pendaftaran relawan mahasiswa dari Fapet dan FKH UB untuk memberikan edukasi, pendampingan dan sosialisasi penyebaran PMK kepada peternak, ” lanjutnya

    Sementara itu, dosen ahli perah Dr. Tri Eko mengatakan pada sapi laktasi produksi susu tidak keluar selama dua bulan terakhir. Kondisi itu dapat menimbulkan peradangan pada ambing yang disebut mastitis.

    Relawan terdaftar berjumlah 80 mahasiswa, yang akan diterjunkan ke beberapa wilayah, seperti Jabung, Batu, dan Ngantang. Mereka hanya akan mengedukasi peternak mengenai pencegahan penularan PMK tanpa mengunjungi kandang secara langsung.

     Sebelum memulai aksinya, relawan dibekali materi pencegahan PMK oleh drh. Widi, Selasa (7/6/2022). Menurutnya pencegahan penyebaran dilakukan dengan penerapan biosekuriti, antaralain membersihkan kandang, tempat pakan minum, dan pembatasan lalu lintas kandang.

    Artinya hanya petugas dan yang berkepentingan saja bisa mengunjungi kandang. Sebelum memasuki kandang diwajibkan mencuci tangan dan kaki, serta menggunakan baju dan sepatu boot khusus. Sedangkan untuk ternak diberikan pakan dan minum yang bersih dan higienis, pakan hijauan yang dilayukan, dan vitamin.

    “Lalu bagi ternak yang terjangkit disediakan ruangan isolasi yang dilengkapi dengan tempat perendaman kaki atau penyemprotan, ” kata Widi (dta/Humas UB)

    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    TMMD Pasuruan Resmi Berakhir

    Artikel Berikutnya

    Wakapolda Jatim Pimpin Pakta Integritas...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Permendikbudristek 44/2024: Dorong Profesionalisme dan Kesejahteraan Dosen
    Konsekuensi Hukum bagi Jurnalis yang Lakukan Framing, Fitnah, dan Informasi Menyesatkan dalam Publikasi Opini
    Akibat Hukum Jurnalis Berpihak: Ketika Etika dan Hukum Dilanggar demi Kepentingan
    Rekognisi Profesor Melalui Kolaborasi Internasional Universitas Mercu Buana - Universiti Tun Hussein Onn Malaysia
    Lembaga Advokasi Konsumen DKI Jakarta Somasi Apartemen Green Cleosa Ciledug

    Ikuti Kami