Menanggapi Paradigma Polemik Perubahan Laut

    Menanggapi Paradigma Polemik Perubahan Laut
    Ilustrasi kepedulian terhadap ekosistem kelautan (sumber:worldoceanday.org)

    SURABAYA – Dengan lebih dari 60 persen wilayahnya yang tertutup perairan, dibutuhkan peran yang masif dari tanah air Indonesia untuk melestarikan lautan. Tak luput juga sektor perikanan sebagai mata pencaharian 12 juta orang penduduk negara ini.  Ya, itulah yang seharusnya menjadi pedoman untuk menjaga lautan ini. Lantas, masihkah potret lautan kita seindah yang seharusnya?

    Nyatanya, sekitar 8 juta metrik ton sampah plastik berakhir di lautan setiap tahun. Jumlah tersebut setara dengan banyaknya truk sampah yang berlalu lalang setiap menit. Jika terus menerus seperti ini, tak heran kalau lautan kita akan lebih banyak plastik daripada ikan ke depannya. Bukan omong kosong semata, hal tersebut sudah dibuktikan oleh The Great Pacific Garbage Patch yang mencatat bahwa akumulasi limbah laut terbesar di dunia diperkirakan berukuran sekitar 3 kali lipat dari negeri Prancis. Menakjubkan, pun mengenaskan. 

    Jadi,   apa yang bisa dilakukan?

    Pertama, penting untuk menyadari bahwa problema ini merupakan masalah global yang tentu membutuhkan solusi tingkat global. Terutama, menyoal tentang akuntabilitas dari perusahaan produsen yang menghasilkan sampah. Tentu, mereka perlu menyadari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh produknya. Sebagai permulaan, bisa dengan meminta perusahaan tersebut untuk menghapus zat aditif beracun dan meningkatkan proses daur ulang dari material produk yang digunakan.

    Salah satu bentuk aplikasi untuk proses tersebut adalah menetapkan batas produksi global untuk plastik yang tidak dapat didaur ulang dan menghapus material sekali pakai yang merusak di tahun-tahun mendatang. Hal ini bukan tantangan kecil, mengingat seberapa banyak material tersebut digunakan. Apalagi betapa pentingnya material tersebut di pasar negara berkembang, yang di sisi lain dapat memberikan perlindungan dari kontaminan

    Kedua, perubahan iklim memiliki dampak besar pada seluruh ekosistem. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa dampak terburuk adalah untuk kehidupan laut. Peningkatan kadar karbondioksida di atmosfer telah menyebabkan perubahan kadar asam (pH) lautan. Hal ini berdampak pada terganggunya rantai makanan dan menjadikan keanekaragaman hayati laut dalam risiko besar. Peningkatan suhu air pun mempengaruhi kehidupan laut dan peningkatan permukaan air mempengaruhi manusia.

    Ketiga, eksploitasi dan penangkapan ikan yang berlebihan mengganggu stabilitas ekosistem laut. Hal ini menyebabkan pengurangan besar-besaran dalam jumlah banyak spesies hewan laut. Belum lagi soal  perubahan lingkungan laut akibat aktivitas manusia lainnya seperti konstruksi, pengeboran lubang dalam, penambangan bawah laut, dan tumpahan minyak selama transportasi melalui perairan juga sangat besar. Hal ini memberikan perubahan parah pada habitat, berbagai gangguan dan juga menghasilkan polutan.

    Deretan kasus tersebut hanyalah beberapa masalah yang dilihat orang, tetapi sering tidak disadari intensitas dampaknya. Masih banyak lagi isu-isu yang berkaitan dengan lautan yang tidak disadari oleh masyarakat umum. Namun, seperti hari internasional lainnya, Hari Laut Sedunia juga membantu kita untuk lebih memahami berbagai masalah dan juga berupaya memecahkannya. Para pemangku kepentingan dan aktor penggerak lainnya perlu mengambil kesempatan untuk mengatur kegiatan dengan tema hari ini.

    Di atas segalanya, kita membutuhkan kerangka kerja bersama untuk bertindak dan berkomitmen untuk melestarikannya. Kita harus bekerja sama dan melakukan bagian kecil apa pun yang kita bisa. Hindari produk yang merusak laut dan mengeksploitasi laut, mengurangi emisi karbon, mengonsumsi pilihan makanan laut yang aman dan berkelanjutan, dan berhenti membuang sampah sembarangan di pantai.

    Darurat plastik telah dibangun selama bertahun-tahun. Sayangnya, dunia tidak memiliki prioritas waktu untuk mencoba menyelesaikannya. Padahal semakin cepat upaya ini dimulai, semakin baik. Besar harapan semoga laut dalam pengelolaan secara konservasi dapat terus ditingkatkan dan kesalahan-kesalahan di masa lalu biarlah menjadi pembelajaran. Adanya hari laut sedunia ini menjadi teguran supaya agar terus membenah diri dan tampil dengan terobosan-terobosan baru.

    Ditulis oleh:

    Gandhi Kesuma Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Angkatan 2021

    Surabaya, Rabu 8 Juni 2022

    Reporter ITS Online

    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Perpustakaan UB Raih Juara 2 dan Favorit...

    Artikel Berikutnya

    Wakapolda Jatim Pimpin Pakta Integritas...

    Berita terkait

    Azan

    Azan

    Rekomendasi

    Permendikbudristek 44/2024: Dorong Profesionalisme dan Kesejahteraan Dosen
    Konsekuensi Hukum bagi Jurnalis yang Lakukan Framing, Fitnah, dan Informasi Menyesatkan dalam Publikasi Opini
    Akibat Hukum Jurnalis Berpihak: Ketika Etika dan Hukum Dilanggar demi Kepentingan
    Rekognisi Profesor Melalui Kolaborasi Internasional Universitas Mercu Buana - Universiti Tun Hussein Onn Malaysia
    Lembaga Advokasi Konsumen DKI Jakarta Somasi Apartemen Green Cleosa Ciledug

    Ikuti Kami